Ribuan warga di berbagai daerah di Tabriz, ibu kota Provinsi Azerbaijan Timur, barat laut Republik Islam Iran menggelar unjuk rasa pada hari Jumat, 28 Januari 2022.
Demonstrasi yang mengecam kejahatan dan kekejaman pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman itu berlangsung usai Shalat Jumat.
Mereka meneriakkan "Mampus Amerika", "Mampus Israel" dan "Mampus Al Saud".
Arab Saudi, dengan dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain, telah melancarkan invasi militer ke Yaman dan memblokade negara ini dari darat, laut dan udara sejak Maret 2015.
Invasi militer pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi ke Yaman sejauh ini telah menewaskan lebih dari 16.000 warga Yaman, melukai puluhan ribu lainnya dan membuat jutaan warga Yaman mengungsi.
Lebih dari 85% infrastruktur Yaman hancur dalam serangan itu. Yaman sekarang menghadapi kekurangan makanan dan obat-obatan secara akut.
Badan-badan PBB, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia dan UNICEF, telah berulang kali memperingatkan bahwa rakyat Yaman terus menghadapi kelaparan dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad terakhir.
Menteri Kesehatan Yaman Taha al-Motawakel pada hari Sabtu (22/1/2022) mengatakan, 87 orang tewas dan 266 lainnya terluka akibat serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi di penjara di Provinsi Saad.
Menurut laporan itu, 14 warga Yaman juga tewas dalam serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi di Sanaa.
Baru-baru ini, Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) menyatakan 17 anak tewas dalam pertempuran di Yaman sejak awal Januari 2022.
"Jumlah anak Yaman yang terbunuh sejak awal tahun ini saja sudah 17 orang,” kata Ted Chaiban, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, seperti dilaporkan IRIB, Minggu (23/1/2022).
Dia menambahkan jumlah itu hampir dua kali lipat dari jumlah di sepanjang Desember tahun lalu.
Chaiban mencatat bahwa anak-anak Yaman tetap menjadi yang pertama yang harus membayar harga atas perang selama tujuh tahun ini. "Lebih dari 10.000 anak terluka atau terbunuh di Yaman sejak 2014," ungkapnya.
“Jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi,” kata pejabat UNICEF ini, menyerukan kepada pihak-pihak yang bertikai di Yaman untuk menghormati hukum internasional dan melindungi warga sipil, termasuk anak-anak dalam kondisi apa pun.
"Warga sipil dan objek sipil termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan tidak boleh menjadi sasaran dan harus selalu dihormati,” imbuhnya.
Chaiban menekankan bahwa sudah saatnya bagi semua pihak yang bertikai di Yaman untuk menghentikan kekerasan dan perang serta mencapai sebuah solusi politik, karena solusi politik adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan anak-anak dan mencegah meningkatnya kesengsaraan dan kesedihan keluarga, yang terjebak dalam konflik ini. (RA)