Konflik Rusia-Ukraina telah mengejutkan dunia sebagai konflik lintas batas Eropa terbesar dalam beberapa dekade.
Sementara itu, beberapa outlet berita utama Barat telah menayangkan pandangan rasis, sering menggunakan perbandingan dengan Asia Barat, menggambarkan Ukraina sebagai lebih "beradab" daripada negara lain, seperti Irak, Afghanistan atau Suriah.
"Ini bukan tempat, dengan segala hormat, seperti Irak atau Afghanistan yang telah menyaksikan konflik berkecamuk selama beberapa dekade. Ini adalah tempat yang relatif beradab, relatif Eropa - saya harus memilih kata-kata itu dengan hati-hati juga - kota di mana Anda tidak akan mengharapkan itu, atau berharap itu akan terjadi," ujar Charlie D'Agata, koresponden senior CBS News di Kiev.
"Terus terang, ini bukan pengungsi dari Suriah, ini adalah pengungsi dari negara tetangga Ukraina. Terus terang, ini adalah bagian darinya. Ini adalah orang Kristen, mereka berkulit putih, mereka ... um... sangat mirip dengan orang-orang yang tinggal di Polandia," ungkap Kelly Cobiella, koresponden NBC News di Polandia.
Konflik tersebut telah memicu kecaman cepat oleh beberapa negara, sanksi langsung oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain terhadap Rusia.
Ini telah menimbulkan keheranan karena kurangnya reaksi seperti itu terhadap konflik lain di seluruh dunia, termasuk pembersihan etnis yang sedang berlangsung dari orang-orang Palestina atau perang mematikan Saudi di Yaman.
"Ini sangat emosional bagi saya karena saya melihat orang-orang Eropa dengan rambut pirang dan mata biru dibunuh," kata mantan Wakil Jaksa Agung Ukraina, David Sakvarelidze
"Sekarang hal yang tidak terpikirkan telah terjadi pada mereka. Ini bukan negara dunia ketiga yang sedang berkembang. Ini adalah Eropa," ucap Lucy Watson, koresponden ITV News.