Perang di Ukraina berlanjut dan hingga hari Sabtu (13/8/2022) telah memasuki hari ke-171. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendesak zona demiliterisasi di sekitar pembangkit nuklir Zaporizhzhia karena Rusia dan Ukraina saling tuding atas lebih banyak penembakan.
Pada 21 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mengkritik ketidakpedulian Barat terhadap masalah keamanan Moskow, mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk di wilayah Donbas.
Tiga hari kemudian, Putin melancarkan operasi militer yang disebutnya sebagai "operasi khusus" di Ukraina, sehingga mengubah hubungan Moskow-Kyiv yang tegang menjadi konfrontasi militer, dan konflik itu terus berlanjut.
Sejak awal serangan Rusia ke Ukraina, Amerika Serikat (AS) dan Eropa telah mengirim bantuan senjata dan militer senilai 60 miliar dolar kepada pemerintah Kyiv.
Rusia telah berulang kali mengkritik Barat karena mengirim senjata senilai miliaran dolar ke Ukraina, dan menekankan bahwa tindakan ini hanya akan meningkatkan ketegangan dan memperpanjang konflik.
Moskow memperingatkan juga bahwa pasukan Rusia memiliki potensi untuk menarget senjata-senjata yang dikirim ke Ukraina.
Sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022 hingga sekarang, beberapa putaran negosiasi telah diadakan antara delegasi Moskow dan Kyiv (Kiev) di tingkat yang berbeda, namun belum mengarah pada gencatan senjata komprehensif.
Putaran terbaru negosiasi antara menteri luar negeri Rusia dan Ukraina di Turki juga tidak memiliki hasil yang nyata. Satu-satunya hasil dari negosiasi ini adalah penciptaan landasan bagi gencatan senjata sementara di beberapa daerah untuk evakuasi warga sipil melalui jalur kemanusiaan. (RA)