Rakyat Republik Islam Iran berduka setelah sebuah tragedi terjadi di pusat keagamaan dan pusat ziarah di kota Shiraz, provinsi Fars baru-baru ini.
Seorang teroris takfiri bersenjata masuk ke Kompleks Haram Suci Shahcheragh pada Rabu petang, 26 Oktober 2022 dan menembaki penjaga, pelayan makam dan para peziarah.
Shahcheragh sa adalah Mir Sayid Ahmad, putra tertua Imam Musa Kadhim as. Beliau adalah salah satu keturunan Nabi Agung Muhammad Saw, dan saudara laki-laki Imam Ridha as.
Serangan yang dilancarkan tepat pada waktu azan Maghrib tersebut menyebabkan 15 orang gugur dan 19 lainnya terluka. Di antara korban meninggal dunia terdapat seorang perempuan dan dua anak-anak.
Kepolisian Provinsi Fars berhasil menangkap pelaku teror, namun karena lukanya parah, pelaku dilaporkan tewas. Pelaku diidentifikasi bernama Hamed Badakhshan, berusia 23 tahun, dan beberapa sumber menyebutkan pelaku bukan warga Iran.
Menurut keterangan wartawan di Shiraz, pelaku menembaki para peziarah dengan senjata Kalashnikov, saat memasuki komplek makam, dan dia diketahui mengantongi peluru tambahan.
Pelaku yang merupakan anggota kelompok teroris Takfiri ini, masuk ke komplek Shahcherag melalui pintu Bab Al Ridha, lalu menuju halaman Hazrat Masomeh, kemudian ke aula utama komplek Makam.
Aksi keji pelaku terekam jelas oleh kamera CCTV yang dipasang di berbagai sudut Kompleks Makam Shahcheragh sa.
Serangan teroris di Shiraz terjadi dalam situasi di mana dalam beberapa pekan terakhir, musuh-musuh Republik Islam Iran telah menggunakan semua kekuatan politik dan medianya untuk mengintensifkan protes, kerusuhan dan kekerasan di negara ini.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdullahian mengatakan, kejahatan ini membuat niat jahat dari mereka yang mendorong teror dan kekerasan di Republik Islam Iran benar-benar semakin jelas. Dia menambahkan, ada informasi yang dapat dipercaya bahwa musuh-musuh Iran telah merancang proyek berlapis-lapis untuk membuat negara ini tidak aman.
Pengalaman bertahun-tahun setelah Revolusi Islam menunjukkan bahwa musuh selalu menggunakan berbagai cara, termasuk teror, kekerasan dan penerapan tekanan politik dan ekonomi, untuk mencegah terwujudnya cita-cita dan tujuan revolusi ini dan juga untuk mencegah persatuan dan kemajuan bangsa Iran.
Sejak hari-hari pertama kemenangan Revolusi Islam dan disintegrasi persamaan arogansi global, Iran telah menjadi sasaran kebencian dan permusuhan musuh dan afiliasinya, termasuk kelompok-kelompok teroris seperti Organisasi Teroris Mujahidin-e-Khalq (MKO) dan kelompok-kelompok takfiri. Sejauh ini, lebih dari 17.000 warga dan pejabat Republik Islam Iran telah gugur dalam serangan kelompok munafikin dan teroris tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, musuh-musuh, terutama Amerika Serikat (AS) dan rezim Zionis Israel, selalu berusaha mendukung kelompok-kelompok teroris di Iran dan kawasan. Pelatihan militer kepada para teroris, pengiriman senjata ringan dan semi berat serta amunisi, peralatan komunikasi dan bahan makanan melalui penerbangan udara yang mencurigakan di wilayah yang dikuasai Daesh, hanyalah sebagian dari dukungan AS kepada para teroris.
Mereka dengan berbagai bentuk dan pelayanan kepada Pentagon dan dalam rangka memenuhi kepentingan rezim Zionis di kawasan, telah melakukan kejahatan mengerikan seperti pembunuhan terhadap para ilmuwan nuklir Iran dan para komandan perlawanan.
Musuh-musuh Republik Islam Iran berpikir bahwa dengan teror seperti itu, mereka akan dapat menciptakan hambatan bagi terwujudnya cita-cita Revolusi Islam, tetapi rakyat Iran selalu mengikuti jalan para syuhada, dan darah para syuhada telah menjadi penjamin keunggulan Republik Islam Iran.
Jelas bahwa kejahatan musuh baru-baru ini, yang disertai dengan bungkamnya negara-negara yang mengklaim memerangi terorisme, sekali lagi menunjukkan keganasan dan sifat jahat mereka.
Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan, musuh membalas dendam atas keputusasaan mereka dalam menciptakan perpecahan dalam barisan persatuan bangsa dan kemajuan negara dengan cara kekerasan dan teror.
Namun, lanjut Sayid Raisi, aparat keamanan dan penegak hukum Iran, dengan mengidentifikasi kejahatan buta ini, akan memberikan tanggapan yang penuh penyesalan dan pelajaran kepada para pemberi perintah dan perancang kejahatan tersebut. (RA)