Setelah kekalahan militer rezim Zionis Israel menghadapi kelompok-kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza, politisi rezim ini hari Minggu (30/5/2021) berusaha untuk membentuk koalisi yang akan mengakhiri pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang telah berkuasa paling lama dan berturut-turut sejak tahun 2009.
Pemimpin partai sayap kanan Israel, Naftali Bennett mengatakan ia akan membentuk koalisi dengan pemimpin oposisi Yair Lapid. Koalisi tersebut ingin mengakhiri kekuasaan Netanyahu yang telah memimpin selama 12 tahun. Menganggapi hal ini, Netanyahu mengklaim bahwa koalisi Bennett-Lapid akan menjadi bahaya bagi Israel.
Sumber-sumber Zionis mengonfirmasi bahwa para pesaing Netanyahu telah setuju untuk membentuk kabinet baru. Jika mencapai kesepakatan, Netanyahu akan tersingkir dan harus menunggu kasus korupsinya disidangkan.
Dari Maret 2019 hingga Maret 2021, rezim Zionis menyaksikan empat pemilu parlemen. Dalam empat pemilu tersebut, tidak ada partai atau fraksi yang memenangkan mayoritas mutlak kursi, yakni 61 kursi di parlemen (Knesset).
Kabinet koalisi yang dibentuk tahun lalu oleh Netanyahu dan Gantz berumur pendek, da n berakhir hanya tujuh bulan kemudian. Setelah pemilu legislatif bulan Maret lalu, Netanyahu terpilih kembali, tetapi gagal setelah 28 hari. Dan pada 5 Mei, Presiden Zionis Israel Reuven Rivlin menunjuk Yair Lapid untuk membentuk kabinet baru.
Karena tenggat waktu 28 hari untuk membentuk kabinet berakhir pada Rabu (2/6/2021), sumber-sumber Zionis Israel menyebutkan bahwa Yair Lapid dan pemimpin partai sayap kanan Yamina Naftali Bennett telah setuju untuk membentuk kabinet baru. Lapid dan Bennett membentuk blok "Perubahan" dan mengumumkan mereka akan membentuk kabinet bersama untuk perubahan di Israel.
Netanyahu tampaknya sedang melalui hari-hari yang mengerikan. Di satu sisi, ada kemungkinan ia terpaksa menyerahkan jabatan PM setelah menguasainya selama 12 tahun. Di sisi lain, jika ia kehilangan jabatan tersebut, dia bisa dipenjara karena empat kasus korupsi.
Oleh karena itu, menanggapi kesepakatan antara Lapid dan Bennett, Netanyahu menyerang Bennett dengan keras, dan mengatakan bahwa Bennet yang sayap kanan sekarang ingin menjadi PM dari "pemerintah kiri".
Meski sudah ada kesepakatan, pembentukan kabinet Zionis Israel belum final, karena Bennett dan Lapid masih membutuhkan dukungan dari Daftar Persatuan Arab (Ra'am) untuk mencapai 61 kursi. Tentu saja, Ra'am tampaknya mengetahui bahwa formasi kabinet Lapid dan Bennett lebih baik daripada formasi kabinet Netanyahu.
Para politisi oposisi Netanyahu sedang dalam pembicaraan intensif menjelang tenggat waktu Rabu malam (2/6/2021). Netanyahu (71) yang sedang menghadapi persidangan atas tuduhan penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan, tetap memegang kekuasaan meski empat pemilu sebelumnya diwarnai kekacauan.
Terbaru, Partai Likud-nya meraih kursi terbanyak pada pemilu Maret, tetapi kembali gagal membentuk pemerintahan baru. Yair Lapid yang merupakan mantan penyiar tv, sekarang mencoba membangun koalisi saingan. Lapid sedang berusaha membentuk aliansi yang oleh media-media Israel disebut sebagai blok perubahan, yang akan mencakup garis keras nasionalis Naftali Bennett dan para anggota parlemen Arab-Israel. (RA)