Tanggal 14 Khordad (bulan ketiga dalam penanggalan nasional Iran) yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 2021 adalah haul ke-32 Imam Khomeini ra. Salah satu isu pentingnya adalah pengaruh gagasan dan pemikiran pendiri Republik Islam Iran ini terhadap tatanan wilayah Asia Barat (Timur Tengah).
Imam Khomeini muncul sebagai pemimpin di Iran ketika, pertama, Iran adalah pelaksana kebijakan Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) di kawasan dan dianggap sebagai gendarme (gendarmerie/kekuatan militer dengan tugas penegakan hukum di antara penduduk sipil) di kawasan.
Kedua, lemahnya negara-negara Arab dalam menghadapi rezim Zionis Israel telah terbukti dan Isu Palestina dipengaruhi oleh Perjanjiann Camp David. Dan ketiga, peran rakyat dan partisipasi politik mereka di kawasan juga tidak begitu bermakna. Oleh karena itu, dampak pemikiran Imam Khomeini ra terhadap tatanan kawasan Asia Barat perlu dikaji dari ketiga dimensi tersebut.
Dengan kemenangan Revolusi Islam dan kepemimpinan Imam Khomeini di Iran, masalah ke-gendarmerie-an Iran tidak berakhir, bahkan Iran pada dasarnya berubah menjadi negara terpenting di kawasan Asia Barat yang menentang intervensi AS di kawasan ini dan bahkan melawannya.
Setelah 43 tahun berlalu pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, semangat anti-Amerika menyebar di kawasan Asia Barat dan penarikan pasukan AS dari kawasan tersebut menjadi tuntutan publik di sebagian besar negara Muslim. Fenomena ini merupakan buah dari pemikiran Imam Khomeini ra.
Pengaruh penting lain dari pemikiran Imam Khomeini ra di Asia Barat adalah pembentukan Front Muqawama (Perlawanan) untuk menghadapi rezim Zionis. Pada saat kemenangan Revolusi Islam Iran, Mesir telah menandatangani Perjanjian Camp David dengan Israel. Dengan kesepakatan ini, proses rekonsiliasi negara-negara Arab dengan rezim Zionis dan penerimaan mitos tak terkalahkan tentara Israel serta marginalisasi masalah Palestina telah dimulai.
Imam Khomeini ra menyebut rezim Zionis sebagai "tumor ganas" (kanker) dan dengan inisiatifnya yang luar biasa, beliau menetapkan Jumat terakhir bulan suci Ramadan sebagai Hari Quds Internasional. Langkah Imam Khomeini ini memberikan pukulan berat bagi proses rekonsiliasi dengan rezim Zionis, dan mengembalikan isu Palestina ke dalam agenda utama dunia Islam.
Pada saat yang sama, dengan pembentukan kelompok-kelompok perlawanan di Palestina dan Lebanon, proses perjuangan yang bertujuan dan konstruktif untuk melawan Israel dimulai, dan hari ini Intifadah dengan batu telah beubah menjadi Intifadah dengan rudal.
Di bawah pengaruh ide-ide Imam Khomeini ra yang anti-arogansi dan anti-Zionis, terbentuklah kelompok-kelompok perlawanan di beberapa negara Muslim dan kelompok-kelompok ini secara bertahap menjadi lebih kuat.
Israel, yang dengan dukungan media Barat dan melalui propaganda luas telah berusaha untuk menyebarkan mitos bahwa militernya tak terkalahkan, namun mitos itu mulai terhapus sejak Israel terpaksa menarik pasukannya dari Lebanon selatan pada tahun 2000 dan menderita kekalahan dalam perang 33 hari menghadapi Hizbullah Lebanon pada tahun 2006.
Saat ini kelompok-kelompok perlawanan dianggap sebagai aktor paling berpengaruh dalam menentukan tatanan kawasan Asia Barat, dan Israel juga tidak mampu melakukan perang jangka panjang dengan kelompok-kelompok tersebut. Hal ini terbukti dalam perang terbaru dengan kelompok-kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Israel terpaksa meminta gencatan senjata setelah perang berlangsung selama 12 hari.
Meningkatnya posisi kelompok-kelompok perlawanan di kawasan dan melemahnya posisi Israel dalam menghadapi perlawanan mereka adalah berkat terinspirasi oleh gagasan dan pemikiran Imam Khomeini ra.
Isu penting lainnya adalah peran yang diberikan Imam Khomeini (ra) kepada masyarakat dalam politik. Beliau selalu menekankan pentingnya peran rakyat dan meyakini bahwa penguasa harus dipilih oleh rakyat, sementara pemikiran seperti itu tidak ada di kawasan Asia Barat.
Akhlak Utsmani, analis dan wartawan India untuk kawasan Asia Barat mengatakan, Imam Khomeini ra adalah pemimpin pertama yang membangun sistem demokrasi di Timur Tengah, dan akar dari sistem ini semakin kuat dari hari ke hari. Banyak pemikir meyakini bahwa peran masyarakat di dunia Arab, yang muncul terutama dalam bentuk revolusi dan kebangkitan Arab sejak 2011 dan seterusnya, berasal dari Revolusi Islam Iran dan pemikian Imam Khomeini ra.
Ide-ide dan pemikiran Imam Khomeini ra mengarah pada pembentukan sistem baru di Asia Barat dengan fokus menentang intervensi asing dan menekankan keamanan lokal di kawasan. Selain itu, juga mengarah pada pembentukan kelompok-kelompok perlawanan dan menguatnya kelompok-kelompok ini dan berubah menjadi poros perlawanan di kawasan. Pemikiran Pendiri Republik Islam Iran juga telah mendorong dan bahkan memaksa para penguasa di kawasan untuk melibatkan peran rakyat dalam tatanan politik negara mereka. (RA)