Sejak April, enam putaran negosiasi telah diadakan di Wina antara Iran dan penandatangan JCPOA yang tersisa yang bertujuan untuk merevitalisasi kesepakatan dan membawa AS kembali ke kepatuhan.
Negosiator utama Iran untuk pembicaraan Wina mengatakan Tehran telah membuat keputusan sulit dan besar untuk menjaga JCPOA tetap hidup hingga saat ini.
“Sekarang giliran pihak lain, dan mereka harus memutuskan mengingat negosiasi yang kami lakukan sejauh ini untuk mencapai kesimpulan akhir tentang bagaimana menghidupkan kembali JCPOA sehingga kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan,” ungkap kepala negosiator nuklir Iran dan Wakil Menteri Luar Negeri Seyed Abbas Araqchi
AS meninggalkan kesepakatan nuklir pada 2018 di bawah Trump dan memprakarsai kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran, sehingga mendorong Tehran untuk mengambil langkah-langkah secara bertahap dengan mengurangi komitmen nuklirnya berdasarkan kesepakatan itu.
Atas penghapusan sanksi ilegal Amerika Serikat yang dijanjikan, Iran mencapai pemahaman teknis dengan IAEA pada Februari yang memberikannya akses berkelanjutan yang cukup untuk memverifikasi aktivitas nuklir hingga 24 Juni.
Setelah berakhirnya perjanjian pemantauan dengan badan tersebut, Ketua Parlemen Iran mengatakan pada hari Minggu bahwa Tehran tidak akan menyerahkan gambar dan file yang terkait dengan situs dan fasilitas nuklir ke IAEA.
“Perjanjian telah berakhir... setiap informasi yang direkam tidak akan pernah diberikan kepada IAEA serta data dan gambar akan tetap menjadi milik Iran,” ujar Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf
Iran mengatakan akan kembali ke semua komitmennya di bawah JCPOA setelah semua sanksi dihapus dengan cara yang dapat diverifikasi.