Perbatasan Shalamcheh dan Chazabeh di Provinsi Khuzestan, Republik Islam Iran telah disiapkan untuk menjadi jalur kembalinya peziarah Arbain dari Irak.
Kedua perbatasan tersebut telah dibuka sejak hari Selasa, 28 September 2021. 200 bus telah disiapkan di perbatasan Shalamcheh dan 50 bus di perbatasan Chazabeh untuk mengangkut para peziarah pulang ke daerah mereka.
Kereta api dari Khorramshahr ke Tehran juga telah disiapkan untuk para peziarah Arbain. Beberapa Mokeb (tenda dan posko layanan) juga melayani para peziarah. 15.000 porsi makanan dan lebih dari 8000 botol air mineral dibagikan kepada peziarah setiap harinya.
Para peziarah harus menjalani tes PCR dan jika ada tanda-tanda terpapar Virus Corona, mereka akan menjalani karantina. Enam bus ambulance dan 30 mobil ambulance telah disiapkan untuk mengantisipasi adanya pasien.
Tanggal 20 Safar, yang tahun ini jatuh pada hari Senin, 27 September 2021 diperingati sebagai Hari Arbain Imam Husein as oleh Umat Muslim bermazhab Syiah dan para pecinta Ahlul Bait di seluruh dunia. Jutaan peziarah dari berbagai negara, termasuk Iran memadati kota Karbala, Irak untuk menghadiri peringatan Arbain.
Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu tercinta Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya oleh pasukan Yazid di padang Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Imam Hussein as, keluarga dan para sahabatnya gugur syahid pada 10 Muharam 61 Hijriah di Karbala atau yang dikenal dengan Tragedi Asyura. Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heroik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.
Kebangkitan Imam Hussein melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, motivasi perjuangan Imam Husein demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya.
Imam Husein bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat Islam dari berbagai penyimpangan. (RA)