Puluhan warga Bahrain menggelar unjuk rasa di Manama untuk memprotes kunjungan Menteri Luar Negeri rezim Zionis Israel Yair Lapid ke negara mereka
Para pengunjuk rasa meneriakkan beragam slogan anti-Israel dan mengecam keras normalisasi hubungan Bahrain dengan rezim Zionis.
Yair Lapid tiba di Bahrain pada 30 September 2021. Ini adalah kunjungan resmi pertama Menlu Israel sejak dicapainya perjanjian normalisasi hubungan antara Tel Aviv dan Manama.
Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel pada September 2020 melalui mediasi Presiden Amerika Serikat waktu itu, Donald Trump. Manama secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Tel Aviv meskipun ditentang oleh rakyatnya.
Menanggapi kunjungan itu, Pemimpin Syiah Bahrain Syeikh Isa Qassim mengatakan, berkompromi dengan Zionis merupakan perang politik yang dikobarkan rezim Bahrain terhadap rakyat.
"Pengkhianatan yang menjijikkan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis adalah salah satu perang politik rezim Bahrain terhadap rakyat, yang dibarengi dengan intimidasi, pemiskinan, pemenjaraan, pemindahan paksa, penghinaan, pengucilan, dan perampasan hak-hak," kata Syeikh Qassim pada Kamis (30/9/2021).
Seperti dilaporkan laman al-Ahed News, Sheikh Qassim menegaskan, Bahrain masih memegang teguh identitas aslinya dalam menghadapi kebijakan rezim dan perlawanan akan berlangsung lama. Ini adalah perang yang menentukan dan menjadi jati diri bagi rakyat Bahrain.
Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menganggap sambutan Bahrain atas kunjungan Menlu rezim Zionis sebagai kejahatan terhadap kepentingan dunia Arab.
"Peresmian kedutaan rezim Zionis di Manama dilakukan bertepatan dengan pembunuhan seorang wanita Palestina di Masjid al-Aqsa oleh tentara penjajah al-Quds," kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem.
"Tindakan terbaru Bahrain telah mendorong rezim Zionis untuk melanjutkan kejahatannya terhadap rakyat Palestina,” tambahnya seperti dilaporkan situs Arabi 21, Kamis (30/9/2021).
Hamas, kata Qassem, menyerukan kepada semua gerakan di dunia Islam supaya menentang normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan rezim Zionis, karena hal ini hanya menguntungkan Israel. (RA)