Pemerintah Cina memperketat kebijakan pembatasannya untuk mencegah penyebaran Virus Corona, terutama di Beijing dan Shanghai.
Menurut Reuters, pihak berwenang Beijing akan menghukum tempat kerja yang melanggar aturan atau menghindari pembatasan dan meminta penduduk untuk mengawasi pergerakan mereka sendiri.
Sejak akhir April 2022, kota berpenduduk 22 juta jiwa itu telah bergulat dengan puluhan kasus baru Virus Corona setiap hari. Sebagian masyarakat berada di arena karantina, dan pemerintah terus berusaha mencegah penularan varian Omicron.
Shanghai, yang menjadi pusat bisnis dan komersial Cina, dan banyak kota raksasa lainnya juga dibelenggu oleh lockdown sebagian atau pembatasan lainnya. pendekatan nol-Covid tetap menjadi fokus pemerintah Cina meskipun terjadi gangguan pada ekonomi terbesar kedua di dunia dan rantai pasokan global ini.
Zhong Dongbo, seorang pejabat kesehatan senior Beijing, mengatakan pada konferensi pers pada hari Rabu (25/5/2022) bahwa penanganan Covid di Beijing berada pada saat yang kritis, "seperti perahu yang berlayar melawan arus dan berisiko jatuh kembali jika tidak bergerak maju".
Dia menambahkan bahwa Beijing "tidak bisa tenang sepenuhnya" dan perlu menjaga ekonominya agar bisa terus berdetak. Hal ini menunjukkan bahwa para pejabat berwenang tidak mengharapkan lockdown seperti di Shanghai.
Pekan ini, Beijing telah meningkatkan upaya karantina dan membatasi kehadiran di tempat kerja dengan memberlakukan kerja dari rumah. Pemerintah akan menindak mereka yang melanggar instruksi tersebut.
Terkait dampak lockdown terhadap ekonomi Cina, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan pada hari Rabu bahwa pemerintah akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang wajar pada kuartal kedua dan membendung meningkatnya pengangguran.
Kabinet juga mengumumkan potongan kredit pajak yang lebih luas dan menunda pembayaran jaminan sosial dan pembayaran pinjaman untuk mendukung ekonomi negara. (RA)