Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan, hari-hari mendatang adalah hari-hari penting untuk perjanjian nuklir.
"Jika Amerika Serikat (AS) menunjukkan fleksibilitas, kita akan mencapai titik kesepakatan dalam beberapa hari mendatang, tetapi jika tidak, dunia tidak akan berakhir," kata Amir Abdollahian dihadapan para wartawan baru-baru ini di Tehran.
Dia menambahkan, saya pikir, misalkan, hingga maksimal pukul 00.00 malam ini, kesimpulan terakhir kita sendiri terkait dengan masalah yang masih tersisa di antara kita, kita sampaikan ke koordinator Uni Eropa secara tertulis.
"Mereka berbicara tentang rencana B (Plan B), kita juga memiliki rencana B sendiri, namun kami yakin bahwa masalah ini harus diselesaikan melalui negosiasi yang realistik dengan semua pihak," tegasnya.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Nasser Kanaani mengatakan, kami menyakini bahwa ada landasan untuk mencapai kesepakatan, namun dengan syarat bahwa garis merah Republik Islam Iran terjaga dan kepentingan mendasar negara ni dalam perjanjian nuklir JCPOA terjamin.
Hal itu disampaikan Kanaani dalam jumpa pers mingguan pada hari Senin (15/8/2022) di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, yang dihadiri wartawan dalam dan luar negeri.
Dia menjelaskan, tim juru runding nuklir Iran dalam putaran negosiasi ini hadir dengan motif serius untuk meraih kesepakatan yang baik, kuat dan permanen, sehingga mampu menjamin kepentingan mendasar rakyat Iran, dan mencabut sanksi zalim terhadap rakyat negara ini.
Jubir Kemlu Iran menjelaskan, pada putaran perundingan nuklir ini diraih kemajuan relatif, tetapi kemajuan ini tidak menjamin secara penuh tuntutan legal Republik Islam Iran, dan kami memiliki harapan lain yang harus dijamin.
"Kami sedang mengalami kemajuan, tetapi untuk mengatakan bahwa kami hampir mencapai kesepakatan dan bahwa putaran negosiasi di Wina ini dapat mengarah pada kesepakatan yang jelas dan mengarah pada realisasi harapan Republik Islam Iran tergantung pada pihak lain, terutama AS," ujarnya.
Republik Islam Iran sebagai negara yang bertanggung jawab telah berulang kali menegaskan bahwa karena AS adalah pihak yang keluar dan melanggar JCPOA, maka Washington yang harus kembali ke kesepakatan nuklir ini dengan mencabut sanksi terhadap Iran, dan komitmen Gedung Putih itu akan diverifikasi oleh Tehran.
Putaran baru negosiasi pembatalan sanksi dimulai di Wina pada 4 Agustus 2022 setelah jeda lima bulan, dan negosiasi ini berakhir setelah empat hari perundingan, yaitu pada tanggal 8 Agustus 2022. Para delegasi pun kembali ke negara masing-masing.
Penyelenggaraan putaran negosiasi ini terjadi setelah Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengumumkan bahwa dia telah mengajukan usulan paket baru yang mencakup solusi terkini terkait pencabutan sanksi dan langkah-langkah nuklir Iran.
Setelah berakhirnya putaran negosiasi ini, para pejabat Uni Eropa mengklaim bahwa teks akhir telah disampaikan kepada semua pihak dan tidak dapat diubah. Posisi Eropa ini ditolak oleh Iran dan diumumkan bahwa karena berlanjutnya negosiasi tentang beberapa isu penting yang masih ada, maka belum dicapai tahap di mana dimungkinkan untuk membicarakan finalisasi teks perjanjian.
Sejak awal negosiasi, Iran selalu menyatakan siap untuk mencapai kesepakatan yang stabil dan dapat diandalkan, tetapi tidak akan melewati garis merah dalam hal ini. Pada saat yang sama, Tehran mempresentasikan proposal dan inisiatif praktis ke pihak Eropa pada Senin malam untuk mencapai kesepakatan. Jika pemerintah AS terus menolak untuk menerima tuntutan logis dan berprinsip Iran dan bersikeras pada kebijakan sanksi yang gagal, maka itu tidak akan produktif.
AS menyatakan bahwa pihaknya sedang mengkaji komentar dan permintaan Iran terhadap paket yang diusulkan oleh Uni Eropa, dan mengumumkan akan menyampaikan pendapatnya.
Kini perundingan telah mencapai tahap krusial. Pencapaian ke garis finis dan kesepakatan akhir tinggal menunggu keputusan politik AS sebagai pihak yang melanggar perjanjian nuklir JCPOA.
Pejabat senior Iran telah menyatakan bahwa keharusan tercapainya kesepakatan berarti stabilitas pencabutan sanksi yang benar-benar terjamin, dan masalah ini tidak boleh dijadikan sebagai alat lagi untuk menekan Iran pada masa mendatang.
Sekarang bola ada di lapangan AS, dan jika Gedung Putih mengambil posisi yang realistis, maka dapat diharapakan tercapai kesepakatan dalam waktu dekat. Namun jika tidak, Tehran juga telah mempersiapkan diri untuk skenario yang berbeda. (RA)