Baru-baru ini kita mendengar teror di Shiraz, provinsi Fars, Republik Islam Iran yang menyebabkan belasan orang meninggal dunia dan belasan lainnya terluka.
Rupaya musuh-musuh Republik Islam Iran telah mengerahkan segala upayanya untuk menciptakan kerusuhan, kekacauan dan ketidakamanan di negara ini, bahkan upaya ini telah dilakukan secara maksimal selama lebih dari sebulan terakhir.
Bersamaan dengan upaya tersebut, seorang pria bersenjata menembaki peziarah di Kompleks Haram Suci Shahcheragh pada Rabu petang, 26 Oktober 2022, yang menyebabkan 15 orang gugur dan 19 lainnya terluka.
Seorang perempuan dan dua anak-anak juga di antara dari korban meninggal dalam teror di Kompleks Makam Ahmad bin Musa Al Kadzim as (Shahcheragh), salah satu cucu Nabi Muhammad Saw, itu.
Dalam hal ini, kantor berita Prancis, AFP melaporkan dalam sebuah berita bahwa kelompok teroris Daesh (ISIS) telah bertanggung jawab atas serangan di Kompleks Makam Shahcheragh.
Serangan teroris di Shiraz terjadi dalam situasi di mana dalam beberapa pekan terakhir, musuh-musuh Republik Islam Iran telah menggunakan semua kekuatan politik dan medianya untuk mengintensifkan protes, kerusuhan dan kekerasan di negara ini.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir Abdullahian mengatakan, kejahatan ini membuat niat jahat dari mereka yang mendorong teror dan kekerasan di Republik Islam Iran benar-benar semakin jelas. Dia menambahkan, ada informasi yang dapat dipercaya bahwa musuh-musuh Iran telah merancang proyek berlapis-lapis untuk membuat negara ini tidak aman.
Pengalaman bertahun-tahun setelah Revolusi Islam menunjukkan bahwa musuh selalu menggunakan berbagai cara, termasuk teror, kekerasan dan penerapan tekanan politik dan ekonomi, untuk mencegah terwujudnya cita-cita dan tujuan revolusi ini dan juga untuk mencegah persatuan dan kemajuan bangsa Iran.
Sejak hari-hari pertama kemenangan Revolusi Islam dan disintegrasi persamaan arogansi global, Iran telah menjadi sasaran kebencian dan permusuhan musuh dan afiliasinya, termasuk kelompok-kelompok teroris seperti Organisasi Teroris Mujahidin-e-Khalq (MKO) dan kelompok-kelompok takfiri. Sejauh ini, lebih dari 17.000 warga dan pejabat Republik Islam Iran telah gugur dalam serangan kelompok munafikin dan teroris tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, musuh-musuh, terutama Amerika Serikat (AS) dan rezim Zionis Israel, selalu berusaha mendukung kelompok-kelompok teroris di Iran dan kawasan. Pelatihan militer kepada para teroris, pengiriman senjata ringan dan semi berat serta amunisi, peralatan komunikasi dan bahan makanan melalui penerbangan udara yang mencurigakan di wilayah yang dikuasai Daesh, hanyalah sebagian dari dukungan AS kepada para teroris.
Mereka dengan berbagai bentuk dan pelayanan kepada Pentagon dan dalam rangka memenuhi kepentingan rezim Zionis di kawasan, telah melakukan kejahatan mengerikan seperti pembunuhan terhadap para ilmuwan nuklir Iran dan para komandan perlawanan.
Musuh-musuh Republik Islam Iran berpikir bahwa dengan teror seperti itu, mereka akan dapat menciptakan hambatan bagi terwujudnya cita-cita Revolusi Islam, tetapi rakyat Iran selalu mengikuti jalan para syuhada, dan darah para syuhada telah menjadi penjamin keunggulan Republik Islam Iran.
Jelas bahwa kejahatan musuh baru-baru ini, yang disertai dengan bungkamnya negara-negara yang mengklaim memerangi terorisme, sekali lagi menunjukkan keganasan dan sifat jahat mereka.
Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan, musuh membalas dendam atas keputusasaan mereka dalam menciptakan perpecahan dalam barisan persatuan bangsa dan kemajuan negara dengan cara kekerasan dan teror.
Namun, lanjut Sayid Raisi, aparat keamanan dan penegak hukum Iran, dengan mengidentifikasi kejahatan buta ini, akan memberikan tanggapan yang penuh penyesalan dan pelajaran kepada para pemberi perintah dan perancang kejahatan tersebut. (RA)