Lusinan seniman Palestina di Gaza pada Kamis (08/06/2023) mengambil bagian dalam pameran seni untuk mencerminkan penderitaan anak-anak setempat selama ketegangan Gaza-Israel.
Dijuluki "The Occupation Kills Children," acara seni ini diselenggarakan oleh 26 organisasi nonpemerintah, menampilkan grafiti kehilangan rumah dan bahkan nyawa anak-anak di bawah serangan Zionis Israel.
Grafiti di atas puing-puing rumah yang dihancurkan oleh serangan udara Israel, drama teater, beberapa barang pribadi anak-anak yang tewas, dan sisa-sisa roket Israel yang ditembakkan ke Gaza adalah beberapa segmen yang paling banyak dikunjungi.
"Kami meluncurkan festival ini untuk mensimulasikan penderitaan anak-anak Palestina karena pelanggaran tak berujung Israel terhadap mereka di Gaza," kata Fedaa Younus, salah satu penyelenggara acara.
"Kami memutuskan untuk berinvestasi dalam seni sebagai pesan kepada orang-orang di seluruh dunia, yang dapat dipahami dalam semua bahasa," wanita muda itu menjelaskan.
"Anak-anak Gaza menjadi sasaran pembunuhan, perusakan, pemindahan, dan ketakutan, dan tidak ada yang peduli tentang mereka," kata Hussain Abu Sadiq, seorang seniman berbasis di Gaza yang menggambar grafiti di dinding rumah yang hancur yang menggambarkan anak-anak yang menderita di Gaza.
"Kami fokus pada penderitaan anak-anak kami untuk meminta dukungan dunia dan menekan Israel agar menghentikan semua kejahatannya terhadap mereka," kata artis tersebut.
Mohammed Siam, seniman lain yang berbasis di Gaza, juga ikut serta dalam pameran dengan lukisannya tentang anak-anak yang mencoba melarikan diri dari serangan udara Israel di rumah tempat tinggal mereka.
"Anak-anak kami ingin hidup bebas di negara mereka dan tidak takut mati atau dibom, dan mereka ingin menikmati kehidupan normal seperti anak-anak dunia lainnya," kata Siam.
Sekarang di Gaza berpenduduk lebih dari 2,3 juta, penduduk secara bertahap berhasil melanjutkan rutinitas harian normal mereka setelah gencatan senjata yang ditengahi Mesir antara Zionis Israel dan Gerakan Jihad Islam Palestina mengakhiri baku tembak mematikan selama lima hari, yang dimulai pada 9 Mei.
Pada hari Selasa, Palestina secara resmi meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menambahkan Israel ke dalam daftar pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran berat terhadap anak-anak.
Selama konferensi internasional yang diadakan di ibu kota Norwegia, Oslo, Riyad Mansour, utusan Palestina untuk PBB, meminta komunitas internasional untuk mendukung tindakan moral, politik, dan hukum terhadap Israel sebagai langkah yang perlu dan penting untuk melindungi anak-anak selama konflik.