Pemerintah Inggris telah meluncurkan beragam skema dan program untuk mengatasi dampak ekonomi akibat penyebaran pandemi Virus Corona.
Menurut Press TV, selama pandemi COVID-19, jutaan warga Inggris menghadapi pemutusan hubungan kerja akibat banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan ekonomi.
Pemerintah telah memperkenalkan skema cuti dengan membayar 80 persen gaji untuk mencegah lonjakan pemutusan hubungan kerja dan pengangguran massal.
Pada Agustus 2020, skema "Eat Out to Help Out" telah sedikit menghidupkan kembali industri perhotelan, dan sektor bisnis telah ditawari hibah agar mereka bisa bertahan hingga musim semi mendatang.
Mungkin banyak pihak yang mungkin bertanya-tanya, dari mana semua uang itu berasal? Sebenarnya Bank of England menggunakan pelonggaran kuantitatif untuk menekan biaya pinjaman pemerintah.
Dengan kata lain, Bank sedang mencetak uang untuk dibelanjakan pemerintah. Dampak buruk dari bank-bank yang mencetak 450 miliar pound untuk menghadapi krisis akibat COVID-19 akan terlihat dalam waktu dekat, dan akan dirasakan oleh pekerja biasa yang menerima gaji tetap setiap bulan.
Hal ini karena semua uang yang dicetak akan selalu masuk ke rekening bank orang-orang kaya dan berdampak pada masyarakat, dan bahkan mungkin tidak akan mengalir kembali.
Pada akhir tahun finansial 2020-2021, Inggris diperkirakan akan menetapkan tingkat pinjaman tertinggi. Tetapi semua uang surplus dalam perekonomian ini akan menyebabkan devaluasi, yang selanjutnya berdampak pada masyarakat biasa dengan gaji tetap disebabkan naiknya harga properti yang jauh dari jangkauan mereka. (RA)