Penyebaran Covid-19 telah melumuhkan ekonomi berbagai negara dunia. Korban dari Virus Corona ini juga kian hari meningkat.
Berdasarkan laporan terbaru, hingga hari Kamis (18/2/2021), 110.520.588 orang di dunia telah terinfeksi Covid-19. 2.442.946 dari mereka meninggal dunia dan 85.417.095 lainnya sembuh.
Menurut laporan Press TV, lebih dari 138 juta dosis vaksin telah diberikan di seluruh dunia, tetapi pada tingkat saat ini, dibutuhkan 6,5 tahun bagi semua orang di bumi ini untuk divaksinasi. Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa persoalan ini belum berkahir sampai semua orang disuntik vaksin Covid-19.
Uni Eropa menerapkan kontrol ekspor vaksin Covid-19 yang keluar dari Eropa untuk memastikan warganya mendapatkan pasokan vaksin tersebut. Kebijakan ini diambil setelah produsen vaksin Pfizer mengatakan adanya penurunan produksi sementara karena peningkatan kapasitas produksi di pabrik Belgia.
Selain itu, menurut CNBC Indonesia, AstraZeneca juga sudah mengkonfirmasi akan mengirimkan vaksin lebih sedikit pada musim semi ini dari yang diperkirakan semula karena masalah produksi di Belanda dan Belgia.
Kebijakan ini diperkirakan akan berlangsung hingga Maret 2021. Keputusan ini juga akan membuat pasokan vaksin ke Inggris dan Irlandia Utara terganggu karena bukan bagian dari Uni Eropa lagi.
Uni Eropa kini berada dalam tekanan karena terancam kekurangan pasokan vaksin. Komisi Eropa, lembaga yang memimpin perjanjian pembelian disalahkan karena tidak mengamankan pasokan vaksin yang cukup.
Otoritas kesehatan Uni Eropa juga dikritik karena terlalu lama menerbitkan izin darurat penggunaan vaksin Covid-19 di banding negara lain. Pada akhir Januari, Uni Eropa mengizinkan penggunaan darurat vaksin AstraZeneca padahal Inggris telah menerbitkannya pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, China telah berjanji akan menyediakan vaksin Sinovac untuk negara-negara Eropa Tengah dan Timur yang berjuang mendapatkan vaksinasi Covid-19 untuk penduduk mereka masing-masing.
Hungaria sendiri telah menandatangani kesepakatan pembelian vaksin virus Corona buatan Rusia, Sputnik V pada akhir Januari 2021. (RA)