Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, apa yang terjadi di instalasi nuklir Natanz tidak akan membuat industri nuklir Iran mundur dan juga tidak akan efektif untuk mencegah penghapusan sanksi.
"Masih terlalu dini untuk menilai tingkat kerusakan di Natanz. Tim sedang meninjau insiden tersebut. Apa pun yang ada di Natanz adalah sentrifugal generasi pertama, dan sentrifugal yang lebih canggih akan menggantikannya. Semua sentrifugal yang rusak adalah IR-1, yang akan diganti dengan mesin sentrifugal yang lebih canggih," kata Khatibzadeh dalam jumpa pers mingguannya pada hari Senin (12/4/2021).
Dia menegaskan, sabotase di instalasi nuklir Natanz tidak akan membuat industri nuklir Iran mundur dan juga tidak akan efektif untuk mencegah penghapusan sanksi.
Khatibzadeh menjelaskan, rezim Zionis gagal mencapai tujuannya untuk melemahkan program nuklir Iran, karena yang menjadi sasaran dalam insiden Minggu kemarin adalah mesin sentrifugal IR-1, yang akan digantikan dengan sentrifugal generasi baru.
Iran memulai operasional sentrifugal IR-6 dan IR-5 canggih yang memperkaya uranium lebih cepat dan mengembangkan sentrifugal IR-8 pada hari Sabtu (10/4/2021). Negara ini juga telah memulai uji mekanis pada sentrifugal nuklir lebih cepat, IR-9.
Sentrifugal IR-9 Iran ini mampu bekerja 50 kali lebih cepat daripada sentrifugal pertama, IR-1. Selain itu, generasi baru pusat perakitan sentrifugal juga dioperasikan.
Khatibzadeh mengecam insiden yang menargetkan jaringan distribusi listrik di situs nuklir Ahmadi Roshan di Natanz dan menuturkan, berbagai sumber telah mengonfirmasi bahwa rezim Zionis berada di balik sabotase di situs nuklir Natanz.
"Berbagai sumber mengonfirmasi bahwa rezim Zionis berada di belakangnya. Saya senang tidak ada korban atau kerusakan lingkungan, tetapi itu bisa menjadi bencana manusia, jadi itu adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan juga 'tindakan teroris,' " ujarnya seperti dilansir Iranpress.
Khatibzadeh menegaskan, apa yang terjadi di Natanz adalah (tindakan) terorisme nuklir dan Iran berhak untuk menanggapi berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB.
Jubir Kemlu Iran lebih lanjut mengatakan, Iran akan membalas dendam terhadap Israel pada waktu yang tepat atas "terorisme nuklir" yang menargetkan fasilitas pengayaan uranium Natanz.
Mengacu pada sikap diam Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Khatibzadeh menandaskan, IAEA dan lembaga-lembaga internasional bukan hanya harus mengecam tindakan itu, tetapi juga mengambil langkah untuk mencegahnya.
Khatibzadeh lebih lanjut mengatakan, apa yang sedang berlangsung di Wina bukan perundingan nuklir, tetapi pembicaraan teknis untuk mencabut sanksi.
"Kami sudah berunding tentang perjanjian nuklir dan butir-butir perjanjian sudah jelas, hal yang perlu ditekankan adalah penghapusan sanksi," tegasnya.
"Situasi harus kembali ke kondisi Januari 2017. Amerika Serikat memiliki kewajiban berdasarkan resolusi 2231 dan kewajiban AS dalam perjanjian nuklir juga sudah jelas," pungkasnya. (RA)