Perancang batik Mesir Samar Hassanein telah bekerja di Mesir selama bertahun-tahun untuk meningkatkan seni batik, kain bermotif yang dibuat dengan menggunakan teknik pewarnaan lilin.
Batik Mesir dimulai dengan membuat pola dengan mengoleskan lilin cair ke kain sebelum mencelupkannya ke dalam pewarna atau mengecatnya dengan kuas. Kain kemudian direndam dalam air mendidih untuk melelehkan lilin
“Batik telah menghilang (di Mesir) karena tidak ada seorang pun (pekerja berpengalaman) yang membagikan keahliannya. Sebagai seorang guru, saya merasa sangat penting untuk memberikan pelatihan sebanyak mungkin karena orang-orang menyadari betapa sulitnya ketika mereka mulai belajar teknik batik," kata Samar.
Lamanya proses membatik bisa bervariasi dari satu minggu hingga beberapa bulan tergantung jumlah warna, corak dan ukuran.
Beberapa tokoh Mesir sekarang mencela tingginya jumlah pakaian asing di negara itu. Mereka berusaha untuk memiliki salah satu pangsa pasar dari mereka sendiri di pasar mereka.
“Saya berharap kita bisa memiliki gaya Mesir kita sendiri, daripada mengimpornya (pakaian) dari luar negeri. Apalagi karena warisan kita sangat beragam. Kita memiliki gaya yang unik di Sinai, di Siwa... kita juga memiliki pakaian petani, masing-masing ini benar-benar berbeda dari yang lain. Kami juga memiliki pakaian Nubia, yang merupakan hal yang sama sekali berbeda," dia menambahkan.
Batik Mesir kini berjuang untuk bertahan dan berdiri kokoh melawan varietas batik lainnya terutama yang berasal dari Asia Tenggara. Samar kini berusaha untuk tampil dengan kualitas yang lebih baik dan unik yang dapat mengalahkan batik buatan luar negeri.
"Pesaing utama kami di batik [fashion] adalah Asia Tenggara. Mereka memiliki reputasi yang bagus untuk waktu yang sangat lama sehingga kami perlu membuat sesuatu yang unik," katanya.
Kain batik telah dibuat di negara lain di Afrika seperti Nigeria, Benin dan bahkan Ghana. Teknik membuat batik sudah ada sejak zaman sebelum era teknologi baru.