Presiden Republik Islam Iran mengatakan, segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia terhadap bangsa-bangsa dunia, sangat membahayakan perdamaian dan keamanan global, lebih dari apa pun. Ia menekankan bahwa kebijakan Iran adalah menjaga stabilitas dan integritas teritorial seluruh negara kawasan.
Presiden Republik Islam Iran dalam pidatonya pada sidang tahunan Majelis Umum PBB ke-76 mengatakan dominasi Amerika Serikat sudah tidak berlaku. Menurutnya jika tidak ada pejuang semacam Syahid Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al Muhandis, maka hari ini ISIS sudah menjadi tetangga Eropa.
Sayid Ebrahim Raisi, Selasa (21/9/2021) dalam pidatonya yang disampaikan melalui video conference menuturkan, "Tersiarnya video bersejarah penyerangan Kongres oleh warga AS, dan terlemparnya warga Afghanistan dari pesawat AS, dari Capitol hingga Kabul membawa sebuah pesan untuk dunia, dan itu adalah dominasi AS baik di dalam maupun di luar negara itu, sudah tidak berlaku."
Presiden Iran menegaskan bahwa perlawanan bangsa-bangsa dunia lebih kuat dari negara-negara adikuasa, dan hari ini proyek pemaksaan identitas Barat telah kalah.
"Kesalahan AS dalam beberapa dekade terakhir yaitu, alih-alih mengubah 'gaya hidup'-nya dengan dunia, ia malah mengubah 'gaya perang'-nya dengan dunia," imbuh Raisi.
Raisi menjelaskan, sanksi terhadap rakyat Iran sudah dijatuhkan sebelum program nuklir Iran, bahkan sebelum Revolusi, yaitu tahun 1951 ketika Iran menasionalisasi industri minyaknya yang berujung dengan kudeta militer atas pemerintahan terpilih Iran oleh AS dan Inggris. Sanksi, terutama sanksi obat-obatan di masa pandemi Corona, adalah kejahatan kemanusiaan.
Ia menambahkan, dengan mengenalkan dua konsep kesehatan dan lingkungan hidup sebagai masalah kemanusiaan, Iran mengusulkan agar segala bentuk sanksi atau pemutusan rantai pasokan keduanya, dilarang.
Presiden Iran menegaskan, "Saya mewakili rakyat Iran, dan jutaan imigran yang menjadi tamu negara kami, selain mengutuk berlanjutnya sanksi ilegal AS terutama pada bidang kemanusiaan, menuntut agar kejahatan ini dicatat sebagai kejahatan kemanusiaan terorganisir, sebagai simbol dan realitas HAM Amerika Serikat."
Berbicara tentang hak bangsa-bangsa dunia, katanya, tanpa berbicara tentang kewajiban pemerintah, tidak akan mejamin hak manusia.
Lebih lanjut Raisi menerangkan, jika tidak ada peran Iran di samping pemerintah dan rakyat Suriah serta Irak, maka hari ini ISIS sudah menjadi tetangga Mediterania-nya Eropa. Tentu saja ISIS bukan gelombang ekstremisme yang terakhir.
Ia menilai kehadiran pasukan AS di Suriah dan Irak merupakan penghambat terpenting upaya mewujudkan demokrasi dan kehendak rakyat. Menurutnya, kebebasan tidak ada di dalam ransel para tentara asing.
"Penghentian segera, dan tanpa syarat agresi militer Arab Saudi ke Yaman, dibukanya jalur bantuan kemanusiaan, dan menfasilitasi dialog konstruktif di antara warga Yaman adalah jalan keluar krisis negara ini," ujarnya.
Di akhir pidatonya Raisi mengatakan, hari ini seluruh dunia termasuk AS sendiri mengakui proyek melawan Iran yang dalam putaran terbaru ditunjukkan dalam bentuk pelanggaran terhadap kesepakatan nuklir JCPOA, dan dengan menerapkan kebijakan tekanan maksimum, serta penarikan diri sepihak dari kesepakatan internasional JCPOA, secara keseluruhan kalah, namun kebijakan menindas maksimum masih belum ditinggalkan.
"15 laporan Badan Energi Atom Internasional, IAEA membuktikan kepatuhan Iran pada komitmennya, tapi AS tidak mematuhi komitmennya mencabut sanksi," pungkasnya. (HS)