Ketegangan meningkat antara Prancis dan Mali.
Mali menuduh bekas penjajahnya ikut campur dalam urusannya. Mali mengatakan Prancis mendukung teroris di sana.
Ia juga mengatakan Paris mengirimkan senjata kepada militan. Mali telah meminta DK PBB untuk melawan Prancis.
Prancis rupanya telah mengakhiri misi militernya. Sentimen anti-Prancis berjalan tinggi di sana. Prancis dipandang sebagai kekuatan destabilisasi di Afrika Barat.
"Saya pikir Prancis, karena sejarah kolonialnya di Afrika Barat tidak mampu melepaskan diri secara sukarela. Apa yang kami perhatikan selama beberapa bulan terakhir, ada banyak demonstrasi menentang kehadiran militer Prancis di Mali dan di negara-negara Afrika Barat lainnya," kata Abayomi Azikiwe
Editor, Kawat Berita Pan-Afrika.
Mali dulunya adalah jajahan Prancis. Prancis mulai mendominasi Mali pada akhir abad ke-20.
Ini mengeksploitasi sumber daya yang kaya di kawasan itu untuk ekonominya sendiri.
Itu digunakan untuk mengontrol Afrika Barat sampai 1960-an.
Ini secara resmi mengakhiri penjajahannya di wilayah itu saat itu. Namun ia telah mempertahankan hegemoni neokolonialismenya di sana.
Prancis memiliki kontrol fiskal atas wilayah tersebut.
Negara-negara di sana menggunakan mata uang yang berada di bawah kendali Prancis. Prancis juga memiliki kehadiran militer di wilayah itu.