Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrallah menyambut baik kesepakatan mengejutkan yang diperantarai Cina antara Iran dan Arab Saudi untuk memulihkan hubungan bilateral yang terputus pada 2016, dengan mengatakan hal itu dapat membuka cakrawala baru di seluruh kawasan, termasuk Lebanon.
Nasrallah, yang berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Jumat (10/03/2023), mengatakan rekonsiliasi Iran-Saudi yang diumumkan pada hari sebelumnya adalah “perkembangan yang baik” yang tidak akan mengorbankan rakyat di kawasan itu.
“Pemulihan hubungan Iran-Saudi tidak akan mengorbankan Yaman, Suriah, dan perlawanan,” katanya.
“Ini adalah perkembangan yang penting, tentu saja, dan jika berlangsung secara alami, itu dapat membuka cakrawala di seluruh kawasan, termasuk di Lebanon,” tambahnya.
Setelah beberapa hari negosiasi intensif yang diselenggarakan oleh Cina, Iran dan Arab Saudi akhirnya mencapai kesepakatan pada hari Jumat (10/3) untuk memulihkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan, tujuh tahun setelah hubungan terputus karena beberapa masalah.
Tidak ada yang bisa memaksakan presiden pada Lebanon
Mengomentari pencalonan Suleiman Franjieh oleh Hizbullah baru-baru ini sebagai kandidat partai untuk pemilihan presiden, Nasrallah mengatakan bahwa mencalonkan seorang kandidat untuk pemilihan adalah kewajiban “alami dan sah” dari partai politik mana pun.
“Kami telah menyerukan dialog tentang presiden dan tidak ada yang berhak mencegah siapa pun mencalonkan siapa pun,” kata Nasrallah.
Sekjen Hizbullah menambahkan bahwa tidak ada partai atau individu yang memiliki hak untuk memaksakan calon mereka kepada rakyat Lebanon.
“Beberapa mengklaim bahwa kami ingin memaksakan presiden pada Lebanon dan Kristen, tetapi tidak demikian,” jelasnya. “Jika sebuah negara membantu Lebanon, itu tidak memberinya hak untuk memaksakan seorang presiden.”
“Kami menyambut baik bantuan asing, tapi kami tidak menerima dikte,” tegas Nasrallah.