Warga Irak di Baghdad memperingati setahun kesyahidan Letnan Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dengan menggelar pawai di jalanan dan meneriakkan slogan anti-Amerika Serikat.
Selama beberapa hari terakhir menjelang hari kesyahidan Letjen Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, warga Irak menggelar beragam acara untuk memperingati haul kedua syuhada tersebut.
Pasukan AS melancarkan serangan udara ke arah rombongan Komandan Pasukan al-Qods IRGC Letjen Soleimani, dan Wakil Ketua Hashd Al Shaabi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, bersama delapan pengawal mereka ketika tiba di bandara udara Baghdad, ibu kota Irak pada Jumat dini hari, 3 Januari 2020.
Letjen Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis beserta pengawal mereka gugur syahid dalam serangan yang diperintahkan langsung Presiden AS Donald Trump itu. Letjen Soleimani berkunjung ke Irak atas undangan resmi dari pemerintah Baghdad.
Letjen Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis sangat populer karena peran kunci mereka dalam menumpas kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS) yang disponsori AS di Irak dan Suriah.
Dia juga memainkan peran penting dalam membentuk Pasukan Relawan Irak yang dikenal sebagai Hashd al-Shaabi pada 2014 ketika Daesh mendeklarasikan kekhalifahannya di Irak dan menguasai beberapa provinsi di negara ini.
Hashd al-Shaabi kemudian berhasil mengalahkan Daesh dan mengusir kelompok teroris itu keluar dari Irak. Kemenangan bagi pasukan Suriah dan Irak ini semakin meningkatkan popularitas Letjen Soleimani di kalangan rakyat Irak, Suriah dan Iran.
Ketika Letjen Soleimani mendeklarasikan berakhirnya kekhalifahan Daesh pada tahun 2018, Amerika Serikat –yang menyebut dirinya penyelamat bagi rakyat Irak dan Suriah– menganggap Soleimani sebagai musuh bebuyutan dan rintangan bagi perdamaian di Asia Barat (Timur Tengah). AS kemudian memberlakukan sanksi terhadap pejabat militer Iran ini. Rezim Zionis juga memasukkan Soleimani ke dalam daftar yang disebut sebagai daftar teroris.
Sekarang pada tahun 2020, pembunuhan terhadap Letjen Soleimani dan Wakil Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis dalam serangan drone AS menimbulkan pertanyaan kunci: Apakah AS benar-benar memerangi Daesh? Atau, seperti kata Trump sendiri, apakah Daesh diciptakan oleh pendahulunya Barack Obama? Dengan demikian, Syahid Soleimani adalah pahlawan dalam menumpas teroris dan sekaligus korban terorisme yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Syahid Soleimani merupakan simbol perlawanan terus-menerus terhadap imperialisme AS. Dia tidak hanya menjadi tokoh kunci dalam penghancuran kelompok teroris Daesh, tetapi juga dalam membantu perjuangan rakyat Palestina. (RA)