Puluhan ribu warga Myanmar turun ke jalan-jalan di berbagai kota di seluruh negeri untuk memprotes kudeta militer baru-baru ini. Aksi massa terbesar terjadi di kota utama, Yangon, Minggu, 7 Februari 2021.
Para pengunjuk rasa menyuarakan protes mereka terhadap kudeta militer yang menggulingkan pemerintah terpilih, dan menuntut pembebasan segera pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Mereka membawa balon merah, warna yang mewakili Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dan mengibarkan bendera NLD dengan meneriakkan, "Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi!"
Pengemudi membunyikan klakson dan penumpang mengangkat foto Suu Kyi. Aksi-aksi tersebut diunggah di Facebook. Namun aksi mereka tidak terpublikasi dengan baik disebabkan pemutusan jaringan internet dan pembatasan saluran telepon.
Para demonstran berjanji untuk melanjutkan aksi mereka hingga para pemimpin terpilih mereka dibebaskan dan demokrasi kembali di Myanmar. Mereka mengecam militer yang telah menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis.
Aung San Suu Kyi dan Win Myint tidak pernah terlihat di depan umum sejak mereka ditahan dalam penggerebekan dini hari Senin pekan lalu.
Partai mereka, NLD menang dalam pemilu pada November tahun lalu, tetapi militer menolak untuk menerima hasil pemungutan suara dengan dalih adanya kecurangan pemilu yang meluas, di mana klaim ini telah dibantah para pengamat.
Sementara itu, pemerintah Myanmar, yang dikuasai Jenderal Min Aung Hlaing, merespon tegas unjuk rasa yang berlangsung di berbagai kota pada Hari Senin, 8 Februari 2021. Salah satunya dengan memberlakukan darurat militer di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, dengan harapan bisa menekan unjuk rasa di sana.
Seperti dilansir Channel News Asia, hukum militer ini akan mencakup tujuh kotamadya di Mandalay. Aturan yang berlaku mulai dari melarang warga berunjuk rasa, berkumpul dengan jumlah lebih dari lima orang, hingga jam malam yang berlaku dari jam 8 malam sampai 4 pagi.
Militer Myanmar mengklaim harus melakukan kudeta, karena menuduh ada kecurangan di pemilu November tahun lalu.
Pemilu Myanmar 2020 dimenangkan oleh Aung San Suu Kyi dan partainya, National League for Democracy (NLD), secara telak.
Kondisi darurat di Myanmar lalu ditetapkan selama setahun, dan militer akan mengadakan pemilu baru. (RA)