Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menilai keputusan parlemen dan tindakan pemerintah Iran untuk mengurangi bagian lain dari kewajiban negara ini dalam perjanjian nuklir JCPOA, sepenuhnya benar serta rasional.
"Tanpa pencabutan sanksi, kembalinya Amerika Serikat ke JCPOA bisa merugikan negara [Iran]," kata Rahbar dalam pidato yang disiarkan televisi hari Jumat (8/1/2021) menyinggung masalah dimulainya pengayaan uranium sebesar 20 persen.
Ayatullah Khamenei menambahkan, Republik Islam tidak akan tergesa-gesa mengembalikan Amerika Serikat ke JCPOA, sebab pemulihan hak bangsa yang dirampas dan pencabutan sanksi adalah kewajiban Amerika Serikat dan Eropa.
"Jika sanksi dicabut, itu berarti Amerika Serikat akan kembali ke JCPOA. Tentu saja, masalah ganti rugi, yang merupakan salah satu tuntutan kami, juga akan diupayakan dalam langkah-langkah selanjutnya. Tetapi tanpa mencabut sanksi, maka kembalinya Amerika Serikat ke JCPOA akan merugikan negara [Iran]," ujar Rahbar.
Rahbar, dalam pidatonya pada hari Senin (22/2/2021) saat pertemuan dengan ketua dan anggota Majelis Khobregan (Dewan Ahli Kepemimpinan Iran) menuturkan, Republik Islam tidak akan mengendurkan sikap rasionalnya terkait nuklir, dan berdasarkan kemaslahatan, sesuai kebutuhan negara, dan sejauh itu diperlukan, Iran bahkan bisa melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen.
Rahbar menegaskan, tapi kami bertekad untuk meraih kemampuan nuklir yang sesuai dengan kebutuhan negara, oleh karena itu batas pengayaan uranium Iran bukan 20 persen, dan sejauh diperlukan dan merupakan kebutuhan negara, hal itu akan dilakukan, misalnya untuk propulsi nuklir atau pekerjaan lain mungkin kami akan mencapai pengayaan uranium hingga 60 persen.
Ayatullah Khamenei melanjutkan, sebuah kontrak beberapa tahun sudah disiapkan, jika mereka mematuhinya, kami juga akan mematuhinya selama beberapa tahun itu, tapi negara-negara Barat tahu dengan baik kami tidak berusaha menguasai senjata nuklir.
"Masalah senjata nuklir hanya dalih, mereka juga menentang kami menguasai senjata konvensional, karena sebenarnya mereka ingin merebut komponen-komponen kekuatan dari Iran," ujarnya.
Rahbar juga mengatakan realitas bahwa reaktor-reaktor nuklir, karena menyediakan energi yang lebih sehat, lebih bersih, dan lebih murah, akan menjadi salah satu sumber energi terpenting dalam waktu dekat ini, dan menurutnya kebutuhan negara atas pengayaan uranium adalah sebuah masalah yang pasti.
Ayatullah Khamenei menerangkan, negara-negara Barat ingin membuat Iran tergantung pada mereka saat membutuhkan energi nuklir, dan mereka akan menjadikan kebutuhan kami ini sebagai alat untuk menerapkan pemaksaan, dan pemerasan.
"Republik Islam Iran dalam masalah nuklir, sebagaimana dalam masalah-masalah lainnya, tidak akan mundur, dan akan terus melangkah maju di jalur kemaslahatan dan kebutuhan negara hari ini atau esok," tegasnya.
Ayatullah Khamenei mengatakan, apa yang mencegah Republik Islam Iran untuk membuat senjata nuklir adalah pemikiran dan sumber ajaran Islam yang melarang pembuatan segala jenis senjata pembunuh massal, baik itu senjata nuklir atau senjata kimia, yang menyebabkan terbunuhnya warga sipil.
Rahbar menyebut sikap Amerika Serikat dan tiga negara Eropa terkait penurunan komitmen perjanjian nuklir Iran, JCPOA, sebagai sikap yang arogan, menuntut, tidak adil, dan salah.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, Republik Islam Iran sejak hari pertama hingga waktu yang cukup lama, mematuhi komitmennya dalam JCPOA dengan bersandar pada ajaran Islam, tapi pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian ini (yaitu empat negara itu) sejak hari pertama, tidak mematuhi komitmennya, maka dari itu mereka yang harus dikecam, diperingatkan, dan diinterogasi.
Rahbar menambahkan, ketika AS keluar dari JCPOA, dan pihak lain mendukungnya, Al Quran memerintahkan kita untuk meninggalkan kesepakatan ini, namun pemerintah Iran masih tetap mempertahankannya, dan secara bertahap menurunkan sebagian komitmennya, selain itu, sikap tersebut bisa kembali jika mereka melaksanakan kewajibannya.
Ayatullah Khamenei mengatakan, di tengah semua ini, badut Zionis internasional terus berkata, "Kami tidak akan membiarkan Iran menguasai senjata nuklir", maka kita harus mengatakan kepadanya bahwa jika Republik Islam Iran memutuskan untuk menguasai senjata nuklir, maka dia dan yang lebih besar darinya pun tidak akan mampu mencegahnya.
Rahbar menegaskan, apa yang mencegah Republik Islam Iran dalam membuat senjata nuklir adalah pemikiran dan sumber ajaran Islam yang melarang pembuatan segala jenis senjata pembunuh massal, baik itu senjata nuklir atau senjata kimia, yang menyebabkan terbunuhnya warga sipil.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyinggung pembantaian massal 220.000 orang dalam serangan bom atom Amerika, dan blokade rakyat tertindas Yaman, juga pemboman pasar, rumah sakit, dan sekolah oleh jet-jet tempur negara-negara Barat
Ayatullah Khamenei menuturkan, pemikiran Islam mengatakan bahwa senjata yang menyebabkan warga sipil terbunuh adalah dilarang, baik itu senjata nuklir maupun senjata kimia. Kita, lanjutnya, tidak membuat senjata seperti itu disebabkan pandangan Islam, yang melarangnya. Seandainya kita ingin membuatnya pun, kalian juga tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Dalam hal ini, kalian sendiri tidak menjaganya. AS dalam sehari membunuh 220.000 warga sipil, dan selama lima tahun ini, jet-jet tempur dari negara-negara Barat membombardir pasar, gang, masjid, rumah sakit dan sekolah di Yaman dan membunuh warga sipil negara ini.
"Pembunuhan warga sipil dan rakyat tidak bersalah adalah metode Amerika dan negara-negara Barat, dan Republik Islam Iran menolak metode semacam itu, karenanya Iran tidak memikirkan senjata nuklir," pungkasnya. (RA)