Ratusan pelajar Republik Islam Iran bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada Rabu (2/11/2022) pagi.
Dalam pertemuan menjelang peringatan Hari Pelajar Republik Islam Iran dan peringatan 13 Aban itu, beberapa siswa dan siswi mengutarakan isi hatinya kepada Rahbar.
"…Ayahku tercinta dan tersayang, saya tahu ayah sibuk, tetapi tolong pikirkan hati kami dan teman-teman sekelas kami dan doakan kami untuk masa depan yang baik…..," kata salah satu siswi, yang diakhiri dengan pemintaan atas cincin dan chafiyeh yang dipakai Ayatullah Khamenei, yang membuat semua tersenyum.
Sementara Rahbar dalam pidatonya mengatakan, dalam perang hibrida beberapa minggu terakhir, Amerika Serikat, Rezim Zionis, beberapa kekuatan pengganggu di Eropa, dan sejumlah kelompok teroris, mengerahkan seluruh fasilitasnya untuk memukul rakyat Iran, tapi rakyat menampar mulut orang-orang jahat itu, dan menggagalkan upayanya.
Ayatullah Khamenei, yang berpidato menjelang peringatan 13 Aban, Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global itu, menilai hari ini sebagai momen untuk mengungkap kejahatan AS, dan kerentanan serta kemungkinan kalahnya negara itu.
"Orang-orang AS dan mereka yang cenderung pada AS, marah dan murka pada hari penting dan pada perkumpulan-perkumpulan yang digelar atas dasar empati dan persatuan, karena hari ini selain menghancurkan manifestasi kejahatan-kejahatan AS juga membuktikan bahwa AS rentan dan mungkin untuk dikalahkan," ujarnya.
Rahbar menyebut statemen-statemen para politisi AS yang mengaku mendukung rakyat Iran, sebagai puncak rasa tak tahu malu dan kemunafikan. Beliau menuturkan, kalian mendukung para pembunuh ilmuwan-ilmuwan nuklir Iran, yaitu rezim Zionis, dan memblokir miliaran dolar aset rakyat Iran di AS dan negara lain, lalu membuat rakyat Iran tak bisa menggunakan asetnya untuk mengurangi kesulitannya.
"Di banyak kasus anti-Iran, jejak kalian juga bisa ditemukan, tapi kemudian dengan kebodohan luar biasa, kalian berbohong, dan mengaku merasa iba terhadap rakyat Iran, kalian buta dan tidak menyaksikan rakyat Iran telah menggagalkan sejumlah banyak permusuhan-permusuhan ini," tegasnya.
Menurut Rahbar, satu lagi perbedaan Amerika Serikat kemarin dan sekarang adalah kesepakatan banyak analis politik dunia terkait proses keruntuhan negara itu.
"Tanda-tanda keruntuhan nyata ini dapat disaksikan pada masalah-masalah dalam negeri AS yang tak pernah terjadi sebelumnya, mulai dari masalah ekonomi, sosial, hingga konflik dan perpecahan berdarah di dalam negeri AS," imbuhnya.
Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Salah satu contoh kesalahan kalkulasi ini adalah serangan AS ke Afghanistan 20 tahun lalu untuk mencerabut akar Taliban yang diwarnai dengan banyak aksi kejahatan dan pembunuhan, akan tetapi setelah 20 tahun, dikarenakan tidak terlalu memahami masalah, AS terpaksa keluar dari Afghanistan dan menyerahkan negara ini ke Taliban."
Rahbar juga menganggap serangan Amerika Serikat ke Irak, dan kegagalan meraih tujuannya di negara itu merupakan contoh lain dari kesalahan kalkulasi AS.
Ayatullah Khamenei menerangkan, "AS sejak awal berusaha menempatkan orang-orangnya atau afiliasinya, dan pada kondisi terkini Irak, serta kehadiran para politisi Irak di pemerintahan lewat pemilu yang sama sekali tidak diharapkan AS, di sini pun Washington kalah."
Ayatullah Khamenei juga menyinggung keterlibatan nyata Amerika Serikat dalam kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Iran dalam beberapa minggu terakhir.
"Pernyataan bersama Kementerian Intelijen Iran, dan Dinas Intelijen Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC terkait kerusuhan, memuat informasi serta temuan-temuan penting, dan menunjukan bahwa musuh sudah menyusun dan merancang rencana untuk Tehran dan kota-kota besar serta kecil," paparnya.
Di sisi lain, Rahbar menyebut serangan teror ke Makam Shah Ceragh, dan pembunuhan warga dan anak-anak adalah kejahatan yang besar.
"Para pelaku kejahatan ini harus diidentifikasi, dan siapa pun yang terbukti bekerja sama dalam kejahatan ini pasti akan dihukum," tegasnya.
Ayatullah Khamenei menggarisbawahi kebisuan para pengklaim pembela hak asasi manusia dalam menyaksikan kejahatan yang terjadi di Shiraz, Iran.
Rahbar menandaskan, "Mengapa para pembela HAM ini tidak mengutuk serangan teror di Shiraz, dan mengapa sebuah peristiwa fiktif justru ribuan kali diulang-ulang di internet."
Pada tanggal 13 Aban 1358 Hs atau 4 November 1979, mahasiswa Iran menduduki Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Tehran dan menyandera para stafnya.
Kedubes AS merupakan sarang mata-mata dan spionase AS, sehingga akhirnya Kedubes tersebut ditutup dan semua stafnya diusir dari Iran. Sejak saat itu hingga sekarang, Republik Islam Iran tidak memiliki hubungan diplomatik dengan AS.
Tanggal 13 Aban (bulan kedelapan dalam kalender nasional Iran) adalah lembaran sejarah perjuangan rakyat Iran untuk mencapai kemerdekaannya, di mana di hari itu para mahasiswa Iran menduduki gedung Kedubes AS di Tehran yang menjadi sarang mata-mata dan pusat konspirasi Negeri Paman Sam itu terhadap rakyat Iran.
13 Aban adalah gerakan revolusi dan anti-penjajahan yang menjadi pondasi kemerdekaan Iran dan perlawanan terhadap kubu imperialisme. 13 Aban adalah simbol perlawanan bangsa Iran terhadap penjajahan, terutama dalam menghadapi Setan Besar, Amerika.
13 Aban adalah hari perlawanan rakyat Iran dalam menghadapi tipu muslihat musuh dan hari perwujudan semangat revolusioner bangsa Iran di jalan perubahan dan tekad menjaga hasil-hasil revolusi Islam. Oleh karena itu, 13 Aban atau 4 November diperingati sebagai Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global dan Hari Pelajar. (RA)