Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, Amerika Serikat (AS) harus mencabut semua sanksi dan setelah itu Republik Islam Iran akan memverifikasinya. Jika sanksi benar-benar dicabut, maka Tehran akan kembali melaksanakan komitmennya dalam perjanjian nuklir JCPOA.
Penegasan tersebut disampaikan Ayatullah Khamenei dalam pidatonya pada hari Minggu (21/3/2021) yang disiarkan langsung oleh televisi nasional Iran menandai hari pertama tahun baru 1400 Hijriah Syamsyiah atau dikenal dengan Nowruz.
Dia menambahkan, janji para pejabat AS bahwa mereka ingin mencabut sanksi di atas kertas tidak valid, tetapi mereka harus mencabutnya dalam praktik dan Republik Islam Iran harus memverifikasinya.
Dua bulan setelah Joe Biden berkuasa di Gedung Putih, kebijakan AS terhadap Iran dan JCPOA berada di jalur empat tahun lalu, yaitu kebijakan yang diambil oleh Donald Trump untuk memaksa Iran kembali ke meja perundingan melalui tekanan maksimum dan menambah tema baru pada JCPOA.
Sikap terbaru tim kebijakan luar negeri Biden menunjukkan bahwa AS, melalui tekanan dan diplomasi, sedang mengejar konsesi baru dari Iran dan menambah tema baru dalam JCPOA. Pengalaman empat tahun kebijakan Trump terhadap Iran yang menyebabkan gagalnya kebijakan tekanan maksimum, merupakan pelajaran bagi pemerintahan Biden bahwa kebijakan seperti itu tidak akan mampu memaksa Iran untuk menyerah dan bertekuk lutut.
Seperti yang ditekankan oleh Rahbar dalam pidato Nowruz, tekanan maksimum telah gagal dan jika pemerintahan baru AS ingin melanjutkan kebijakan yang sama, mereka juga akan gagal dan Iran akan menjadi lebih kuat dari hari ke hari.
Kebijakan tegas Iran tentang JCPOA telah diperjelas, dan jika diterima, situasinya akan berubah, tetapi jika pihak-pihak yang terlibat dalam JCPOA, terutama AS, tidak menerima, situasi saat ini akan terus berlanjut. Iran juga tidak terburu-buru untuk pencabutan sanksi dan kembalinya AS ke kesepakatan nuklir JCPOA.
AS berdebat tentang siapa yang harus mengambil langkah pertama untuk kembali ke JCPOA dan mencabut sanksi. Ini tentunya AS yang harus bertindak lebih dulu, sebab AS yang telah melanggar kewajibannya dalam kesepakatan nuklir tersebut.
Iran telah memenuhi komitmennya dalam JCPOA setelah menandatangani perjanjian nuklir internasional ini, tetapi pihak lain tidak memenuhi kewajiban mereka. Melihat perilaku tersebut, maka tidak ada kepercayaan atas apa yang mereka katakan hari ini. Berdasarkan komitmennya dalam JPCOA, Iran telah membatasi beberapa kegiatan nuklirnya, termasuk pengayaan uranium, tetapi pihak lain belum memenuhi kepentingan ekonomi Iran di bawah perjanjian nuklir ini.
Setelah AS keluar dari JCPOA, dan Eropa dan pihak-pihak yang terlibat dalam pernjanjian nulklir ini juga gagal memenuhi kepentingan ekonomi Iran, maka Tehran mengambil langkah-langkah untuk mengurangi komitmennya dalam JPCOA, dan hari ini pengayaan uranium 20 persen sedang berlangsung di Iran.
Situasi saat ini dalam kasus JCPOA menunjukkan keseriusan dan kekuatan Iran. Aktivitas nuklir damai Iran juga berlanjut di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Iran tidak menyia-nyiakan peluang dan tidak terburu-buru untuk memulihkan kembali JCPOA. Yang pasti, negara ini lebih memikirkan kepentingan dan maslahatnya sendiri. (RA)