Samsudin telah mengabdikan dirinya untuk konservasi lingkungan hidup khususnya ekosistem hutan mangrove. Mantan guru dari Indramayu ini menggunakan media boneka dan wayang untuk menyampaikan pesan kepada generasi muda tentang pentingnya melindungi lingkungan hidup.
Dengan boneka dan wayang, Samsudin mendongeng dan bercerita di hadapan anak-anak tentang pentingnya melindungi mangrove di daerah pantai yang mengalami erosi besar-besaran.
"Agar air pasang tidak menerpa kami, kami menanam mangrove, hutan untuk hewan, dan oksigen bagi kami untuk hidup. Saya merangkai semuanya ke dalam cerita saya," kata Samsudin, 50 tahun, sambil merenungkan bagaimana beberapa orang di daerah itu melihat mangrove sebagai "gangguan" dan akan mencabutnya, seperti dilansir Reuters.
Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari seperlima hutan mangrove dunia, yang secara alami membantu menjaga perairan pasang yang tinggi. Namun selama bertahun-tahun, masyarakat pesisir telah menebang pohon untuk membersihkan jalan dan guna kelancaran industri peternakan ikan dan udang, serta peralihan fungsi sebagai sawah.
Mengetahui hal ini, Samsudin pun memutuskan untuk mengajar anak-anak lokal berusia 11-15 tahun tiga kali seminggu tentang cara menjaga lingkungan. Terkadang dia menggambarkan ceritanya dengan boneka monyet dan orang utan.
Samsudin, memperhitungkan jika selama ini dia telah membantu menanam mangrove di daerah tersebut dan totalnya mencapi 700 hektar. Sementara upayanya difokuskan secara lokal, masalah ini telah mencapai perhatian nasional, bahkan Indonesia baru-baru ini memulai salah satu kampanye terbesar di dunia untuk memulihkan mangrove, menargetkan 150.000 hektar (370.660 hektar) setiap tahun di sembilan provinsi hingga 2024.
Bagi Samsudin, mengajarkan tentang masalah ini adalah sebuah pekerjaan penuh cinta, meskipun demikian dia mengakui keluarganya sendiri juga bertanya-tanya mengapa dia mencurahkan begitu banyak waktu untuk itu.
Tapi untuk Muhammad Jefri, 12 tahun, salah satu murid Samsudin, mengatakan bahwa jika pelajaran yang diterimanya selalu melekat dalam ingatannya.
"Saya ingin melindungi lingkungan, karena ini penting bagi masyarakat," ujarnya.
Kepala Badan Restorasi Mangrove Hartono kepada Reuters mengatakan, Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, dan negara ini ini memiliki sekitar 3,3 juta hektar mangrove, dengan lebih dari 600.000 hektar dalam kondisi kritis.
Menurut data Kementerian Kehutanan Indonesia, diperkirakan bahwa dari tahun 2017, lebih dari 1,8 juta hektar mangrove rusak. Hartono mengatakan, penyebab utama degradasi di Indonesia adalah pembalakan liar dan konversi lahan.
Sementara itu, Cukup Rudiyanto, aktivis lain di Indramayu yang menanam mangrove, menilai kurangnya sedimentasi di kawasan pesisir timur ibukota Jakarta ini sebagai kondisi yang merugikan mangrove. (RA)