Juru bicara Kementerian Kesehatan Yaman menyatakan bahwa setidaknya satu anak meninggal dunia setiap 5 menit di negara ini dan hampir setengah dari fasilitas kesehatan Yaman tidak berfungsi.
Najeeb Al-Qubati pada tanggal 14 Juni 2021 memberikan laporan tentang kesulitan yang dihadapi rakyat Yaman dalam sistem perawatan kesehatan dan medis yang hancur oleh serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dan blokade terhadap negara ini.
Al-Qubati mengatakan, serangan militer yang dipimpin Arab Saudi ke Yaman telah mengakibatkan kehancuran total atau kerusakan sebagian dari 527 rumah sakit. Menurutnya, lebih dari 8.000 wanita meninggal setiap tahun di Yaman, dan lebih dari 2,6 juta anak menderita kekurangan gizi.
Dia mencatat bahwa 1,5 juta orang bergulat dengan penyakit kronis, di antaranya 32.000 perlu bepergian ke luar negeri untuk menerima perawatan. Selain itu, 5.000 pasien dengan penyakit ginjal memerlukan transplantasi ginjal, dan penutupan bandara Sana'a mengancam nyawa mereka.
Menurut al-Qubati, lebih dari 3.000 anak Yaman lahir dengan cacat jantung bawaan, dan memerlukan perawatan di luar negeri. Pejabat senior Yaman itu menuturkan bahwa 500 pasien membutuhkan transplantasi hati, dan 2.000 lainnya membutuhkan transplantasi kornea.
Kondisi Yaman memburuk ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa telah berjanji untuk membuka jalur udara untuk kepentingan medis dan kemanusiaan bagi warga sipil Yaman, namun belum ada langkah nyata yang diambil dalam hal ini.
Jubir Kemenkes Yaman mengatakan bahwa Pusat Kanker Nasional Yaman telah mendaftarkan lebih dari 72.000 pasien onkologi, namun pusat tersebut tidak memiliki obat-obatan modern dan peralatan medis untuk menawarkan perawatan yang mereka butuhkan.
Dia menjelaskan, blokade yang dilakukan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi telah mengakibatkan kekurangan 120 jenis obat untuk pasien yang menderita penyakit kronis. Pengepungan ini telah menyebabkan kekurangan akut obat-obatan yang dibutuhkan untuk pasien onkologi, dan mencegah kedatangan pengiriman obat-obatan dan pasokan medis baru, dan sebagai akibatnya mendorong harga mereka di pasar.
Sementara itu, seorang anggota senior Dewan Tinggi Politik Yaman menekankan bahwa mediasi Oman untuk mengakhiri perang di Yaman tergantung pada keseriusan koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
"Kami menghargai upaya perdamaian Oman, yang keberhasilannya bergantung pada negara-negara agresor dan keseriusan mereka untuk mencapai kesepakatan yang layak dan memberikan kompensasi kepada bangsa Yaman atas kerugian yang mereka derita," cuit Mohammad Ali Al-Houthi.
Pada tanggal 7 Juni 2021, pemimpin gerakan rakyat Yaman Ansarullah bertemu dengan delegasi resmi dari Oman yang menengahi untuk menyelamatkan muka Arab Saudi keluar dari rawa yang dibuatnya di Yaman.
Menurut jaringan televisi al-Masirah, selama pertemuan di Sana'a, ibukota Yaman, Pemimpin Ansarullah Abdul-Malik Badreddin al-Houthi membahas masalah kemanusiaan dan bidang lain yang menjadi perhatian dengan delegasi Oman. Dia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada penguasa Oman Sultan Haitham bin Tariq Al Said atas sikapnya yang bijaksana di Yaman.
Sebelumnya, Mahdi Al-Mashat, Presiden Dewan Tinggi Politik Yaman bertemu dengan anggota delegasi Oman dan berterima kasih kepada Kesultanan Oman atas upayanya untuk meringankan penderitaan rakyat Yaman akibat perang yang dikobarkan Arab Saudi dan blokade pasukan agresor.
Arab Saudi, yang didukung oleh Amerika Serikat dan sekutu regional, melancarkan serangan militer ke Yaman pada Maret 2015 dengan tujuan membantu Abd Rabbuh Mansur Hadi kembali berkuasa dan menghancurkan Ansarullah. Namun rakyat dan Angkatan Bersenjata Yaman bangkit melawan pasukan agresor dan bertahan hingga saat ini.
Serangan militer pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi telah menyebabkan ratusan ribu warga Yaman tewas, dan jutaan lainnya mengungsi. Perang juga telah menghancurkan infrastruktur Yaman dan menyebarkan kelaparan dan penyakit menular di seluruh negara Arab tersebut. (RA)