Namanya berarti 'harapan' dalam bahasa Arab, sebuah harapan yang sirna dengan cara yang tragis.
Tiga tahun lalu, sebuah foto Amal Hussain, menderita kekurangan gizi parah, memicu kejutan dan kemarahan di seluruh dunia, menarik perhatian global pada krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang yang dipaksakan Saudi di Yaman.
Seminggu kemudian, bocah berusia 7 tahun itu mati kelaparan dan menjadi simbol mencolok dari situasi bencana di negara Arab yang dilanda perang.
Amal adalah salah satu dari hampir dua juta anak yang menderita kekurangan gizi parah di Yaman.
Tiga tahun sejak kematiannya yang tragis, situasinya belum membaik bagi anak-anak Yaman yang bernasib buruk karena negara itu terus bergulat dengan krisis pangan akut dan kekurangan obat-obatan untuk anak-anak.
Perang dan pengepungan berlarut-larut yang diberlakukan Saudi di Yaman telah menewaskan puluhan ribu warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Ini telah mendorong negara itu ke ambang kelaparan.
PBB menggambarkan Yaman sebagai 'krisis kemanusiaan terburuk di dunia di mana lebih dari 20 juta orang bergantung pada bantuan. Namun badan dunia itu gagal mengambil tindakan apa pun untuk mengakhiri krisis kemanusiaan yang dihadapi negara itu.
Sementara Amal tidak ada lagi, jutaan anak Yaman terus menderita akibat agresi asing yang brutal.